Selasa, 29 Juli 2008

Pramuka Peduli: Sebuah Upaya Perbaikan Citra

“Ah, pramuka itu kan cuma tepuk tangan, nanyi nyanyi dan berkemah saja.”

Pernyataan sakartis tersebut selalu disampaikan masyarakat awam ketika berbicara dan menilai tentang pramuka (kadang juga dari seorang pramuka - walau mungkin hanya bercanda). Streotip tersebut dilekatkan dan menjadi bidal bagi Gerakan Pramuka.

Karena dinilai oleh yang awam dengan gerakan ini, streotip tersebut sah sah saja dan patut menjadi bahan perenungan oleh Gerakan Pramuka serta mencari penyebab timbulnya. Apabila dibiarkan tanpa reaksi nyata, perlahan gerakan ini akan terus ditinggalkan.

Pramuka Peduli merupakan salah satu cara untuk mengeliminir penilaian negatif tersebut dan memperbaiki citra Gerakan Pramuka yang dilekatkan oleh segelintir masyarakat hari ini. Aksi Pramuka Peduli juga dapat meningkatkan rasa setia kawan dan tenggangrasa serta membantu masyarakat yang sedang dalam kesusahan. Disamping itu bagi seorang Pramuka, kegiatan ini juga akan mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam upaya pengembangan SDM, penanggulangan bencana, dan pelestarian lingkungan hidup.

Dituntut kerja keras para anggota dewasa untuk mengembangkan berbagai kegiatan Pramuka Peduli dan tanggap dengan setiap permasalahan yang timbul ditengah masyarakat yang selanjutnya dijewantahkan dalam Aksi Pramuka Peduli.

Banyak hal yang dapat kita lakukan. Mari berbuat!

Minggu, 27 Juli 2008

Kelebat Lensa di Jambore Cabang 2008 (2)

berkibarlah...


kebersamaan


senja di pawang perkasa

Kelebat Lensa di Jambore Cabang 2008 (1)

tanda bermula

syabas...

Rabu, 23 Juli 2008

Hari Anak Nasional: Sebuah Refleksi

Masa yang paling indah adalah masa kanak-kanak. Dengan berbagai aktifitas bermain, seorang anak mengisi hari-harinya dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Tapi itu dulu.

Hari ini, seorang anak dituntut untuk berprestasi disegala bidang sebagai pelampiasan nafsu orang tuanya. Anak-anak tanpa disadari telah dieksploitasi secara terstruktur oleh orang tuanya sendiri. Beragam les harus diikuti, beragam kegiatan harus disertai, beragam lomba harus dimenangi. Seorang anak sejak dini telah didedahkan dengan iklim kompetisi yang kadang tidak sehat dan penuh intrik. Harus menang tanpa harus tahu bagaimana memaknai kemenangan. Ditanamkan sejak dini ke minda mereka bahwa kekalahan adalah sebuah aib. Belum lagi anak-anak yang dikerahkan untuk mencari uang dengan berbagai alasan yang mengiringnya.

Jadwal harian seorang anak hari ini amat lah monoton tanpa warna (mungkin juga tanpa rasa gembira). Sekolah sampai siang, dilanjutkan dengan les itu les ini hingga petang, kemudian malamnya belajar. Semuanya juga diselingi dengan nonton TV dengan anekaragam pilihan acara tak mendidik serta bermain dengan permaianan elektronik (seperti: PS, Nintendo, XBox, dan lain sebagainya) yang juga selalu disisipi dengan bumbu kekerasan, cabul, atau sikap negatif lainnya. Gambaran umum kegiatan harian seorang anak ini menggejala diseluruh lapisan masyarakat tanpa melihat status sosial keluarganya. Boleh dikatakan tidak ada sama sekali aktifitas fisik, tidak ada interaksi sosial, dan tidak ada kesempatan bergelut dengan alam. Mereka telah teralienasi dari dunianya sendiri.

Kondisi ini menciptakan kerugian yang tidak sedikit dalam proses pembentukkan watak dan karakter seorang anak. Watak dan karakter generasi 20 tahun mendatang. Sederet kerugian tak tertuliskan ketika seorang anak didedahkan dengan acara TV hari ini. Hal sama juga akibat pengaruh dijejal permainan yang tidak mendidik. Kualitas fisik yang buruk karena tak ada aktifitas yang melatih sistem motorik. Inilah kenyataannya.

Selamatkan anak-anak kita, selamatkan anak Indonesia!

Selasa, 15 Juli 2008

Kelebat Lensa di Jambore Cabang 2008

Persaudaraan

Persahabatan

Mandiri



Televisi

Technorati Profile

Televisi, hari ini adalah sebuah benda wajib yang mesti hadir disetiap rumah, arena berkumpul, dan tempat tempat awam lainnya. Ianya telah menjadi sebuah kebutuhan primer bagi setiap orang – sesuatu yang harus ada. Berserak waktu yang tersiakan, terbuang percuma didepannya. Kadang sebagai tempat pelarian dari rongrongan berbagai persoalan, menjadi dimensi lain dari kehidupan nyata.


Ketidakberdayaan menghadapi tantangan yang terus menghadang terhadap berbagai sendi kehidupan menyebabkan orang mencari cari tempat pelarian yang dapat melupakan sejenak rumitnya persoalan hidup. Untuk kaum berpunya ada segudang cara, untuk kaum dhuafa mungkin hanya televisilah solusinya – itupun kalau ada. Menikmati berbagai tayangan yang dapat membawa pemirsanya terbang ke alam mimpi, ke alam yang menjanjikan sejuta keindahan.


Beragam tayangan yang katanya menghibur dijejal ke minda penontonnya. Masyarakat disumbat dengan berbagai informasi sampah. Dididik untuk “menjaga tepi kain orang”. Gosip, aib, perbuatan tercela, semuanya diumbar tanpa rasa risih, sebagai tempat melampiaskan nafsu liar tersembunyi manusia: bergunjing. Satu masa dahulu, bergunjing dilakukan di anak tangga sambil mencari kutu, hari ini cukup duduk di depan layar TV dan bukan hanya tetangga tetapi seantero dunia dapat digunjing, khususnya para pesohor.


Belum lagi dampaknya terhadap anak-anak yang masih menggugu dan meniru.Watak anak dibentuk dengan beragam karakter yang membodohkan, menyimpang, sehingga merusak tatanan nilai - yang pahitnya didedahkan oleh bangsa sendiri atas nama kebebasan berkreatifitas yang membungkus indah anasir anasir kapitalis. Kalau sudah demikian, untuk apa sebuah makhluk bernama televisi ini ada.


Ketika rakyat tak mampu lagi menentukan mana yang baik untuk dirinya sendiri, sepatutnyalah pemerintah mengambil alih peran - mengintervensi - walau ini tak populer dan mungkin juga menyebabkan seorang presiden tidak dapat menyandang jabatannya untuk kedua kali. Pemerintah sebagai benteng terakhir - ketika rakyat telah lupa diri - mestinya mengambilkan langkah ekstrem untuk menghentikan proses dokritinasi terselubung terstruktur dari anasir anasir yang berkehendak menghancurkan bangsa ini. Jangan biarkan rakyat larut dalam haluninasi, terbuai mimpi.


Atau pemerintah memang ingin rakyatnya (baca: bangsa ini) terus larut dalam kerja kerja bodoh ini.

Senin, 14 Juli 2008

Menuntut Kepekaan Anggota Dewasa

Hari ini, seorang pembina dituntut untuk mampu mengemaskinikan kegiatan kepramukaan sehingga menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Seorang pembina juga dituntut untuk peka dengan perubahan, baik itu perubahan yang terjadi pada jiwa peserta didik maupun perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Kemajuan teknologi membawa dampak yang cukup besar terhadap prilaku dan gaya hidup kaum muda hari ini. Kemudahan-kemudahan yang timbul akibat kemajuan teknologi membuat sebagian dari kita malas, terlena dan enggan melakukan aktivitas fisik. Hal yang sama melanda kaum muda kita.

Ketika minat untuk menjadi seorang Pramuka sudah mulai kendur dan kita masih menganggap pendidikan kepramukaan merupakan alternatif solusi dari setumpuk permasalahan kaum muda hari ini, hendaknya inovasi kegiatan kepramukaan harus terus dilakukan secara berkesinambungan. Semuanya diarahkan kepada menarik kembali minat kaum muda menyertai Gerakan Pramuka.

Ditengah masyarakat dan kelompok yang awam dengan Gerakan Pramuka (pembina juga ada!), gerakan ini selalu diidentikkan dengan tepuk tangan, bernyanyi, berkemah semata. Kita tak dapat menyalahkan mereka. Mari kita renungkan kembali mengapa anggapan seperti itu hadir dan cukup melekat pada gerakan ini.

Mari kita mulai berbenah dan menata kembali program kegiatan yang akan diberikan kepada peserta didik. Inilah revitalisasi.

Pramuka Sebagai Pemimpin dan Pemandu Masa Depan

Manusia dilahirkan ke dunia pada hakekatnya adalah seorang pemimpin. Dan Gerakan Pramuka adalah organisasi yang merupakan wadah bagi proses pendidikan kepramukaan yang bertujuan untuk mendidik kaum muda agar menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental - moral - budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya, tinggi kecerdasan dan keterampilannya, kuat dan sehat fisiknya. Artinya Gerakan Pramuka adalah lembaga yang mendidik para pemimpin. Dengan sendirinya seorang Pramuka adalah Pemimpin.

Pemimpin adalah seseorang yang berada di depan, seperti seorang penggembala yang menuntun gembalaannya dari depan. Dari makna tersebut, dapat dikatakan bahwa, posisi pemimpin itu berada di depan. Menjadi penunjuk jalan kebaikan bagi rombongan yang dipimpinnya dan pengarah untuk kebaikan mereka.

Pemimpin disini jangan hanya diartikan ianya seorang presiden, gubernur, atau bupati. Tetapi pemimpin disini juga adalah abang terhadap adik-adiknya, ayah terhadap keluarganya, pimpinan barung, pimpinan regu, pimpinan sangga, ketua kelas, dan lain sebagainya. Sikap kepemimpinan dalam kelompok-kelompok kecil inilah menjadi medan latihan untuk menjadi pemimpin di kelompok yang lebih besar dengan ragaman persoalannya.

Proses pendidikan dalam Gerakan Pramuka sangat memperhatikan peningkatan kemampuan kepemimpinan ini. Jiwa kepemimpinan setiap peserta didik diasah dan dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan kejiwaannya. Pemberdayaan yang dilakukan terhadap seorang Pramuka ini diharapkan membuat seorang Pramuka mampu untuk mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri agar dapat berperan dan berpatisipasi aktif dalam memecahkan berbagai permasalahan, sehingga dapat membangun kemampuan dan konsep dirinya.

Pengembangan diri sebagai pemimpin merupakan suatu proses yang berjalan terus menrus sesuai dengan perkembangan nilai-nilai di lingkungannya. Seorang Pramuka harus senantiasa merasa terpanggil dan mempunyai kehendak pribadi yang kuat untuk mengembangkan dirinya sehingga mampu mejadi seorang pemimpin di lingkungannya dan menjadi kader pemandu masa depan.

Gerakan Pramuka Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Kaum Muda

Kepramukaan pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi kaum muda di bawah tanggungjawab orang dewasa yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan keluarga serta dilaksanakan di alam terbuka dengan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.

Gerakan Pramuka adalah organisasi yang merupakan wadah bagi proses pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia yang bertujuan untuk mendidik kaum muda dengan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan agar menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental - moral - budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya, tinggi kecerdasan dan keterampilannya, kuat dan sehat fisiknya.


Pembentukan karakter yang merupakan salah satu bagian utama dalam pendidikan kepramukaan diharapkan mampu mengisi kekosongan yang terjadi di pendidikan formal yang saat ini sangat menitikberatkan pada aspek kognitif. Ranah afektif dan psikomotorik relatif tertinggal – kalau boleh disebut diabaikan – dalam proses pendidikan formal. Ketika peserta didik dihadapkan bahwa keberhasilan pendidikan hanya dilihat dari capaian angka-angka dengan memandang sebelah mata terhadap sikap dan tingkah laku (attitude), menyebabkan peserta didik yang nota bene adalah kaum muda kita mulai meninggalkan nilai-nilai (value) yang selama ini dianut. Belum lagi infiltasi nilai-nilai budaya asing yang timbul akibat terdedahnya kita dengan kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi, tak henti-hentinya setiap saat merasuki dan menghantui minda kaum muda.


Dalam arus moderenisasi dan kemajuan dunia global tanpa sempadan hari ini, limpahan nilai budaya negatif melanda setiap sudut kehidupan bermasyarakat. Kaum muda hari ini semakin diresapi dengan budaya hedonisme – suka berpoya-poya dan berhibur dengan keterlaluan, terjebak dalam amalan seks bebas, minuman keras, dan beragam masalah sosial lainnya yang cukup membimbangkan.


Berbagai anasir-anasir asing secara perlahan terus menanamkan nilai-nilai baru dalam benak kita – khususnya kaum muda – sehingga tercerabut dari nilai-nilai yang selama ini kita timang. Kondisi fisik dan mental yang lemah juga menjadi permasalahan tersendiri bagi kaum muda kita yang juga diabaikan oleh pendidikan formal. Disini diharapkan Gerakan Pramuka mengambil peran mengisi kekosongan-kekosongan tersebut.

Jambore Cabang 2008

Sebagai sebuah alat dalam pendidikan kepramukaan, perkemahan memberikan tantangan tersendiri kepada pramuka. Banyak hal yang dapat diperoleh oleh seorang pramuka dari kegiatan perkemahan. Jambore adalah pertemuan besar pramuka penggalang dalam bentuk perkemahan dan diisi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam Jambore Cabang Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Bengkalis tahun 2008, dikemas berbagai kegiatan bermanfaat a.l.: camp craft, adventures, scouts life skill, aeromodeling, dan selambak kegiatan lain.

Beragam kegiatan yang disediakan, diharapkan mampu memberikan ragam pilihan bagi peserta sesuai dengan minat dan kesenangannya. Diikuti oleh hampir 500 orang pramuka penggalang dan pengakap dari 13 Kwartir Ranting se-Kabupaten Bengkalis, Kwartir Cabang Dumai, Siak, dan Pelalawan, serta Persatuan Pengakap Negeri Johor dan Melaka, Malaysia, jambore cabang ini dilaksanakan dari tanggal 6 s.d. 12 Juli 2008 dan bertempat di Bumi Perkemahan Pawang Perkasa II, Desa Kelapapati, Bengkalis.

Dibuka oleh Ketua Harian Majelis Pembimbing Cabang Gerakan Pramuka Bengkalis pada hari Senin (7/7), jambore ini ditutup oleh Wakil Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Bengkalis Jumat (11/7) malam.